ꦄꦭꦶꦲꦏ꧀ꦱꦫ

Alih aksara atau bahasa kerènnya adalah Transliterasi untuk bahasa Jawa salah satunya menggunakan standar yang disebut JGST yang merupakan singkatan dari Javanese General System of Transliteration. Istilah ini diangkat dari keputusan Kongres Aksara Jawa I yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY pada tanggal 22-26 Maret 2021 di Hotel Grand Mercure, Sleman, Yogyakarta.

Mengapa salah satu? Berarti ada banyak sistem transliterasi? Sebetulnya tidak banyak juga, mungkin ada beberapa, biasanya untuk aksara Jawa ini masih berdasarkan kebiasaan masing-masing pengalihaksara, terutama yang berada pada ranah pribadi.

Berikut ini adalah catatan pribadi tentang alih aksara JGST yang sekalian digunakan untuk menghapalkan.

1. Aksara "r" dan aksara swara "lê"

Aksara "r" paling banyak memiliki variasi dalam penggunaannya, maka perlu dinomorsatukan untuk menghapalkannya, supaya tidak keliru.

  1. Sebagai aksara gugus konsonan (Wyanjana) dilambangkan : r untuk transliterasi ꦫ.
  2. Pada tata tulis Kawi, ada satu waktu dimana aksara ini disigeg untuk mengakhiri sebuah kata berakhiran "r" pada akhir kalimat dilambangkan : untuk transliterasi ꦫ꧀.
  3. Fungsinya sebagai aksara semi vokal (Mandaswara) "ra" atau sebagai pasangan, dimana aksara sebelumnya disigeg, maka berperan sebagai panjingan "r", jika pada tata tulis Kawi, tetap sebagai pasangan "r", biasa disebut cakra, dilambangkan : ŕa untuk transliterasi :    ꦿ
  4. Sebagai cakra yang dipêpêt, atau biasa disebut cakra kêrêt atau kêrêt saja - In My Opinion, kêrêt ini bukan sebagai aksara swara ketika menempel pada gugus konsonan sebelumnya, tapi sebagai aksara Mandaswara (semi vokal) atau panjingan, dilambangkan : ŕě untuk transliterasi :
  5. Sebagai layar, atau aksara "r" yang disigeg atau dimatikan, dilambangkan dengan : untuk transliterasi :
  6. Sebagai répha atau aksara "r" yang disigeg atau dimatikan untuk tata tulis Kawi, dilambangkan dengan : untuk transliterasi : ꦫ꧀ꦲ (aksara "ha-ꦲ" tidak dibaca).
  7. Sebagai aksara swara "rê" atau pa cêrêt, dilambangkan dengan : untuk transliterasi : atau pasangan ꧀ꦉ
  8. Aksara swara "lê" atau nga lêlêt dilambangkan dengan ; untuk transliterasi :
  9. Seperti halnya nomor 4, - In My Opinion - ketika aksara swara "lê" melekat pada gugus konsonan sebelumnya, maka fungsinya sebagai semi vokal (atau mandaswara) dan diberlakukan sebagai panjingan "la" yang dipêpêt.
Perbedaan "rê" dan "lê" sebagai aksara swara dan sebagai semi vokal (mandaswara), misalnya :
  • Aksara Swara "rê" : mangan rêbung : ꦩꦔꦤ꧀ꦉꦧꦸꦁ dengan JGST ditulis : maṅan ṛbuŋ
  • Aksara Semi Vokal "rê" : nyabrang krêtêg : ꦚꦧꦿꦁꦏꦽꦠꦼꦒ꧀ dengan JGST ditulis : ñabŕaŋ kŕětěg
  • Aksara Swara "lê" : kula lêpat : ꦏꦸꦭꦊꦥꦠ꧀ dengan JGST ditulis : kula ḷpat/ - contoh lain : jupuk lêmah : ꦗꦸꦥꦸꦏ꧀ꦊꦩꦃ dengan JGST ditulis : jupuk ḷmaḥ
  • Aksara Semi Vokal "lê" : awakku klêbus : ꦲꦮꦏ꧀ꦏꦸꦏ꧀ꦭꦼꦧꦸꦱ꧀ dengan JGST ditulis : hawakku klěbus/

2. 4 jenis aksara "d" dan "t"

3. Aksara sengau "ng", "ny" dan aksara "h" mati.

4. Sandhangan "é, è, ě" dan sandhi "ê"

5. Panjingan "y", aksara "n" mahaprana dan 3 jenis aksara "s"

Posting Komentar

5 Komentar